Selasa, 17 November 2009

Tugas Kuliah

Menjadi Raksasa Ritel Tanpa Tanding
Rabu, 30 April 2008
Oleh : Sudarmadi

Di tengah berbagai kritik dan kecaman, bisnis carrefour makin melaju. Di mata sebagian pemasok dan pebisnis UKM, ia memang dibenci sekaligus dirindukan. Apa jurus pamungkasnya sehingga gerainya terus bertambah, sejumlah pemasok dan jenis dagangannya makin banyak, omsetnya terus naik, dan cengkeramannya makin kuat?

Anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu. Boleh jadi, itulah sikap Carrefour dalam satu dekade terakhir penetrasinya di bisnis ritel di Tanah Air. Memang, sejak awal berdiri Carrefour sudah sering dihujani kritik dan kecaman dari berbagai pihak. Antara lain, karena lokasi gerai-gerainya di tengah kota, padahal formatnya adalah hypermarket. "Toko Besar" asal Prancis ini juga dituduh semena-mena terhadap para pemasok, yakni dengan menekan harga dan menarik berbagai fee yang membebani.

Toh, berbagai tekanan dan kecaman tadi tidak membuat Carrefour surut. Gerainya malah terus bertambah. Manuver korporatnya juga makin agresif. Salah satunya yang cukup penting adalah mengambil alih mayoritas saham Alfa Supermarket. Seperti diumumkan di Situs resmi Carrefour Group di Paris, pada 21 Januari 2008 Carrefour Group menandatangani kesepakatan jual-beli (Share Purchase Agreement) dengan PT Sigmantara Alfindo dan Prime Horizon Pte. Ltd. selaku pengendali 75% saham PT Alfa Retailindo Tbk. (AR) - pemilik jaringan supermarket Alfa. Harga transaksinya senilai 49,3 juta euro (setara dengan Rp 674 miliar).

Sepak terjang Carrefour memang terlalu menarik untuk diabaikan. Maklum, Carrefour merupakan salah satu motor industri ritel modern dunia yang memelopori konsep belanja sebagai bagian dari hiburan dan gaya hidup. Di Tanah Air, perusahaan ini merupakan pendorong melesatnya bisnis hypermarket dalam 10 tahun terakhir. Dan, yang tak bisa dilupakan Carrefour juga simbol sukses penetrasi pemain global di pasar lokal.

Memasuki pasar Indonesia tahun 1998, Carrefour kini merupakan peritel dengan format hypermarket terbesar. Jangan bilang ini prestasi gampang. Sang gajah dunia bernama Wal-Mart juga pernah punya keinginanan merangsek pasar Indonesia, ternyata gagal total. "Sebelum mengakuisisi Alfa Retailindo, pangsa pasar Carrefour Indonesia sebesar 5% atau sekitar Rp 10,5 triliun," ungkap Jean Noel Bironneau, Presdir PT Carrefour Indonesia, kepada SWA akhir Januari lalu. Dalam catatan Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo), penjualan Carrefour bahkan telah mencapai 11,7% dari total penjualan sekitar 7 ribu anggota Aprindo. Mencapai penjualan di atas Rp 10 triliun dalam waktu 10 tahun, harus diakui, merupakan prestasi luar biasa.

Setiap tahun, penjualan Carrefour naik 14%-15%. "Carrefour memang paling besar saat ini. Kami terus berupaya mengejar ketertinggalan," ungkap Danny Kojongian, Direktur PT Matahari Putra Prima, Tbk. - pengelola jaringan Hypermart dan Matahari - mengakui. Tentu saja, skala bisnis Carrefour kini bertambah dengan akuisisi AR, yang omset tahunannya sudah Rp 3,6 triliun. Raksasa Prancis ini berharap pangsa pasarnya naik menjadi 7% pasca akuisisi AR.

Posisi Carrefour sebagai ikon distribusi produk juga menarik dicermati. Saat ini, Carrefour telah memiliki 40 gerai (25 gerai di Jabodetabek, dan 15 sisanya di kota-kota lain). Dengan jumlah 40 gerai hypermarket itu, plus 29 gerai supermarket Alfa, menjadikan Carrefour sebagai kekuatan distribusi yang dahsyat. Carrefour bahkan bisa jadi lebih digdaya dibandingkan dengan distributor besar yang selama ini menjadi kepanjangan tangan para produsen (prinsipal). Maklum, Carrefourlah yang mempunyai basis pelanggan, bukan distributor. Carrefour pula yang mempunyai ruang display produk.

sumber : Majalah SWA
Website : http://www.swa.co.id/swamajalah/artikellain/details.php?cid=1&id=7447


ANALISIS SWOT

STRENGHTS
Kekuatan Carrefour berada pada positioning-nya harga murah dan barang lengkap, lalu Carrefour selalu berada di tempat yang strategis sehingga mudah dijangkau, tempatnya luas, nyaman dan free parking. Sehingga konsumen datang tanpa membeli pun jadi senang karena tidak perlu membayar parkir.

WEAKNESS
Nama Carrefour sendiri sudah jelek di mata masyarakat karena sejak awal berdiri Carrefour di Indonesia sudah sering dihujani kritik dan kecaman dari berbagai pihak. Kecaman ini dikarenakan lokasi gerai-gerai Carrefour berada di tengah kota, padahal formatnya adalah hypermarket. “Toko Besar” asal Prancis ini dituduh semena-mena terhadap para pemasok dengan menekan harga dan menarik berbagai fee yang membebani. Jadi nama Carrefour sendiri sudah jelek di mata masyarakat.

OPPORTUNITIES
Wanita memegang peranan penting, karena 80% dari 20 juta pelanggan yang datang dan berbelanja di Carrefour adalah wanita (Carrefour, 2007). Namun jumlah konsumen pria boleh dibilang tidak sedikit dari pada wanita. Karena pria itu praktis, maka pria dapat dipengaruhi dengan produk-produk yang dikemas dengan praktis seperti buah dan daging yang sudah dipotong. Selain itu, pria biasanya adalah tulang punggung keluarga, yang bertugas mencari nafkah, oleh karena itu waktu yang mereka miliki sangat terbatas dan mereka sensitif terhadap harga. Sehingga ini menjadi kesempatan bagi Carrefour yang memiliki positioning murah dan lengkap.

THREATHS
Perusahaan ritel sekarang menghadapi isu yang kritikal, termasuk tantangan lingkungan, perubahan perilaku konsumen, persaingan dan kondisi ekonomi yang tidak menentu. Hypermart adalah salah satu ancaman bagi Carrefour. Persaingan yang terjadi dengan Hypermart, berebut lahan atau lokasi yang strategis untuk membangun gerai sedang terjadi saat ini.


TUGAS KULIAH : TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar